"Kami mengimbau warga untuk memasang tanda tersebut agar orang lain tahu di tempat itu ada anak dan diharapkan di lingkungan itu ikut menjaga,"
Merdeka.com, Mesiotda - Warga Kota Sawahlunto, Sumatera Barat memasang ornamen kipas dari kain songket, lampion, wayang atau layang-layang sebagai penanda jika di rumah itu ada anak berusia 0-18 tahun.
Hal itu merupakan kebijakan Pemerintah Kota Sawahlunto untuk mewujudkan kota layak anak yang baru berjalan tiga bulan terakhir.
"Kami mengimbau warga Sawahlunto untuk memasang tanda tersebut agar orang lain tahu di tempat itu ada anak dan diharapkan di lingkungan tersebut ikut menjaga dan memperhatikan anak-anak," kata Wali Kota Sawahlunto Ari Yusuf saat mengunjungi salah satu rumah yang memasang kipas di Kecamatan Silungkang, Sawaluntoh, kemarin.
Pemerintah daerah juga mengimbau para ayah tidak merokok di dalam rumah atau di dekat anak agar anak tetap sehat, Selain itu, dia juga meminta orang tua tidak bertengkar di depan anak serta tidak bermain gawai di depan anak.
"Kalau orang tua selalu di depan hape, maka anakpun akan meniru orang tua, itu dapat merusak anak. Mereka bisa saja membuka konten-konten yang tidak baik," kata dia sebagaimana dikutip Antara.
Lurah Tanah Lapang Harunis mengatakan ornamen yang dipasang di depan rumah sebagai penanda ada anak di rumah tersebut merupakan kesepakatan warga dan lurah.
Di Tanah Lapang memilih lampion sebagai penandanya. "Karena di sini dekat dengan wisata kuliner, jadi kami pilih lampion agar kalau malam kelurahan ini bisa lebih semarak," kata dia.
Sementara itu Sekretaris Daerah Sawahlunto Rovanly Abdams mengatakan pihaknya juga telah menghilangkan iklan rokok demi memasang spanduk-spanduk berisi imbauan untuk menuju kota layak anak. "Kami minta izin ke warung-warung yang memasang iklan rokok untuk mengganti dengan spanduk imbauan dan mereka setuju," kata dia.
Pemda Sawaluntoh merelakan ruang-ruang iklan di kota itu untuk dipasang dengan spanduk tersebut yang dapat menyumbang sekitar Rp60 juta hingga Rp 70 juta per tahun untuk pendapatan asli daerah (PAD) tersebut. "PAD kami setahun Rp63 miliar, kalau cuma berkurang Rp60 juta hingga Rp70 juta ya enggak apa-apa, demi generasi yang lebih baik," kata dia.