MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. SMART CITY

Berbagai peninggalan sejarah ini bisa dinikmati di Sungai Kalimas

"Seluruh kegiatan wisata dilakukan pada malam hari. Ini membuat suasana di Kalimas menjadi sangat berbeda."

Taman Ekspresi saat dilihat dari seberang Sungai Kalimas di kawasan Genteng Kali, Surabaya, Jawa Timur. Taman Ekspresi ini merupakan salah satu gebrakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk mempercantik Kota Pahlawan.. ©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Kamis, 30 Maret 2017 12:32

Merdeka.com, Mesiotda - Revitalisasi sungai yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya pada Sungai Kalimas ternyata membawa dampak positif yang lain. Sungai Kalimas kini bahkan menjadi salah satu aset wisata di Kota Surabaya.

Widodo Suryantoro, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya menyatakan, alasan ikatan sejarah Sungai Kalimas pada Kota Surabaya yang mendorong pihaknya untuk menggelar paket wisata air di Kalimas ini. Tiketnya pun tergolong sangat murah, hanya Rp 4000 bisa menikmati wisata air yang penuh sejarah.

“Wisata air ini dibuka Sabtu dan Minggu, dan pengujung yang datang hampir 1000 orang tiap minggunya,” kata Widodo.

Dengan uang Rp 4.000 itu, pengunjung bisa menyusuri sungai yang membelah Kota Pahlawan itu. Mempunyai lebar antara 20 hingga 35 meter, dan panjang mencapai 12 Kilometer Sungai Kalimas membentang dari Wonokromo sampai kawasan Semampir.

Pada masa lalu, sungai ini menjadi jalur transportasi utama. Nilai kesejarahan itu membuat Kalimas tetap memiliki daya tarik tersendiri. Jika menelusuri sepanjang Sungai Kalimas, banyak obyek yang akan ditemui.

Di kawasan Wonokromo, terdapat pintu air Jagir peninggalan Pemerintahan Kolonial Belanda. Masih mengikuti aliran sungai itu, kita akan sampai ke jembatan BAT di Ngagel. Setelah itu tiba di kawasan sekitar Pasar Bunga Kayon, yang merupakan pasar bunga terbesar di Surabaya.

Berikutnya di tepian sungai akan melihat Monumen kapal Selam, dan berlanjut ke jembatan Taman Prestasi yang tak jauh dari Taman Prestasi. Lalu akan melintasi jembatan Peneleh yang tersohor sejak zaman penjajahan.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga mengadakan kegiatan Kalimas festival setiap tahunnya. Kegiatan yang biasa diselenggarakan untuk menyambut Hari Jadi Kota Surabaya. Dalam kegiatan ini, ada lomba dayung perahu naga dan kano serta hiburan musik.

Uniknya, seluruh kegiatan wisata dilakukan pada malam hari. Ini membuat suasana di Kalimas menjadi sangat berbeda. Apalagi, di sepanjang Kalimas itu dihiasi dengan lampu warna-warni. Para peserta perahu naga juga itu menghiasi dengan berbagai warna lampu.

Meski begitu banyaknya manfaat dari revitalisasi sungai Kalimas, namun Pemkot Surabaya tak begitu saja menggusur atau merelokasi warga yang tadinya hidup di bantaran sungai. Dalam berbagai kasus relokasi di setiap daerah, pasti selalu akan ada gesekan antara warga dengan aparatur pemerintah. Tetapi, bentrokan warga dan aparat itu tak terjadi di Kota Surabaya.

Selain itu, bagi warga yang rumahnya digusur di bantaran sungai, ada fasilitas yang dibangun untuk tempat tinggal. Pemkot membangun Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) untuk warga yang tak memiliki rumah.

Di Rusunawa tersebut juga diberikan fasilitas seperti taman, BLC, koperasi, dan Puskesmas Pembantu. “Kami menggunakan konsep memanusiakan manusia, tidak langsung main gusur dan langsung memindahkan begitu saja,” ujar Hendro.

Salah warga yang direlokasi itu adalah Darsih yang kini ia tinggal di Rusunawa Romo Kalisari, Darsih. Dia mengatakan kini sudah tenang memiliki tempat tinggal yang tetap.

Sebab, sebelumnya wanita 65 tahun itu, tidak bisa tidur dengan nyenyak jika sewatu-waktu terjadi penggusuran. Ia mengaku tempat tinggal yang ditempatinya sekarang jauh lebih baik dari pada di pinggir sungai.

Sementara itu, Kepala Rusunawa Romo Kalisari, Agus Suprio, mengatakan Rusun yang ada di Surabaya ini merupakan yang paling murah harganya di seluruh Indonesia. Harga sewanya itu berkisar dari Rp 35 ribu sampai dengan Rp 85 ribu saja. Rusun ini memang dibangun bagi masyarakat miskin yang tak memiliki tempat tinggal.

“Jadi Rusun ini bukannya untuk fungsi komersial tapi fungsi sosial,” kata Hendro.

(AS)
  1. Surabaya
KOMENTAR ANDA