Tujuan dari smart city itu sendiri adalah untuk membentuk suatu kota yang nyaman, aman, serta memperkuat daya saing dalam perekonomian.
Merdeka.com, Mesiotda - Smart city sedang trend. Tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Konsep smart city berikhtiar untuk mengelola sumber daya kota secara efektif dan efisien berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah paparan mendefinisikan smart city sebagai konsep penataan kota secara terintegrasi dengan cakupan pembangunan yang luas dan dipadukan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Tujuannya antara lain, menciptakan perencanaan dan pengembangan kota yang layak huni, maju dan modern, meningkatkan produktivitas daerah dan daya saing ekonomi dan membangun fondasi indonesia smart nation.
Mengutip Cities in Motion Index (CIMI), saat ini sudah ada 20 kota pintar terbaik di dunia. Yakni Tokyo, London, New York, Zürich, Paris, Geneva, Basel, Osaka, Seoul , Oslo, Philadelphia, Los Angeles, Dallas, Copenhagen, Eindhoven, Amsterdam, Sidney, Stockholm, Chicago, dan Baltimore.
Di Indonesia sendiri, sejumlah kota telah mengklaim menerapkan smart city. Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang, Tangerang Selatan, Kota Magelang, Bogor, Bekasi, dan Pontianak adalah beberapa diantaranya.
Namun menurut Pemrakarsa Smart City Indonesia Prof Dr Suhono Harso Supangkat, sampai detik ini belum ada satu kota/kabupaten pun yang menyandang status smart city. Sejumlah daerah yang disebutkan itu baru pada tahap “menuju smart city”.
Suhono Harso pada tahun lalu bersama salah satu media massa nasional mengukur indikator pencapaian smart city. “Jika nilainya di atas 80 baru bisa disebut smart. Nyatanya, seluruh kota yang diukur rata-rata berada di bawah 60. Jadi baru pada tahap menuju, baru kepengin,” kata Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) itu dalam Seminar Nasional Kolaborasi pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan industri menuju Smart and Sustainable City di Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, beberapa waktu lalu.
Pada tahun 2014, Frost & Sullivan mengidentifikasi 8 aspek utama dalam membangun smart city. Yakni smart governance, smart technology, smart infrastructure, smart healthcare, smart mobility, smart building, smart energy dan smart citizen. Tujuan dari smart city itu sendiri adalah untuk membentuk suatu kota yang nyaman, aman, serta memperkuat daya saing dalam perekonomian. Intinya, membuat warga bahagia.
Dengan demikian, meski kompleksitas persoalan kota luar biasa, warga harus tetap berpersepsi positif. Untuk mewujudkannya, pemerintah harus berjuang keras untuk menghilangkan banjir, sampah, kemacetan, pengangguran, dan kemiskinan.
Dikutip dari laman smartcityindonesia.org, sebuah kota dikatakan smart apabila kota tersebut benar-benar dapat mengetahui keadaan kota di dalamnya, memahami permasalahan tersebut secara lebih mendalam, hingga mampu melakukan aksi terhadap permasalahan tersebut.
“Memang butuh tahapan-tahapan, makanya membangun smart city tidak bisa hanya lima atau sepuluh tahun, butuh lebih dari itu,” kata Suhono Harso.
Meski demikian, satu langkah penting telah dihasilkan dalam Indonesia Smart City Forum (ISCF) 2016 di Bandung. Simposium itu menghasilkan Kesepakatan Bandung: Menuju Indonesia Smart Nation.
Menteri Dalam Negri Tjahjo Kumolo dalam sambutannya mengatakan, simposium telah menghasilkan kesepakatan untuk mengintegrasikan konsep dan platform smart city sebagai fondasi Indonesia Smart Nation. Selain itu kolaborasi antar pemerintah daerah untuk saling bersinergi dalam pembangun smart city di wilayah masing-masing.
Kesepakatan ketiga yakni memfasilitasi peningkatan sinergi ABGC (Academic, Business, Governmenrt, Community) oleh pemerintah guna mewujudkan smart city. Keempat yakni berbagi pakai aplikasi untuk mempercepat dan mengefisienkan pembangunan smart city melalui tempat penyimpanan (repository) nasional.
Tjahjo mengharapkan, simposium ini penting untuk merangsang daerah-daerah yang belum melek smart city bisa terpacu semangatnya untuk berinovasi. “Untuk smart city memang belum semua daerah. Yang menonjol baru Bandung Surabaya, Makassar, Semarang. Makanya kalau ada penghargaan kan daerahnya itu-itu saja," ujar Tjahjo.