MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. BEST PRACTICE

Tengok inovasi CETEK Sukabumi, sederhana namun manfaatnya luar biasa

“Lha pembuatan SKTM itu kan kadang membutuhkan waktu 1 atau 2 hari. Begitu SKTM selesai, sakitnya sudah semakin parah,”

©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Rabu, 08 Maret 2017 08:58

Merdeka.com, Mesiotda - Pemerintah Kota Sukabumi meluncurkan sistem layanan kesehatan gratis dengan inovasi CETEK di RSUD Al Mulk. Semua warga kota bisa menikmati layanan ini.

Inovasi CETEK ini diluncurkan Wali Kota Sukabumi, Mohamad Muraz, yakni sebuah skema layanan kesehatan gratis yang dilaksanakan berbarengan dengan pembangunan fasilitas kesehatan. Skema layanan kesehatan yang dia susun diberi nama CETEK (Cukup E-KTP sertakan Kartu Keluarga). Sedangkan untuk fasilitas layanan, dibangunlah sebuah rumah sakit baru yang diberi nama RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Al Mulk. Menurut Mohamad Muraz, layanan CETEK yang dirilis pada 2015 ini lahir karena sejumlah alasan.

Pertama, ujar Muraz, kala itu banyak warga yang tak bisa berobat ke rumah sakit karena tak punya biaya. Di sisi lain, sampai 2015 saja, masih ada 17.930 keluarga miskin yang belum mendapat bantuan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Hal itu membuat mereka tak berani berobat ke rumah sakit jika dompet mereka sedang kosong. “Karena itu, ya sudah, kami sederhanakan saja prosedurnya. Tak perlu kartu ini itu, yang penting ada KTP dan Kartu Keluarga,” ujar Muraz , di ruang kerjanya, saat ditemui pada pertengahan Februari 2017.

Mekanisme dalam layanan CETEK ini memang dibuat sangat sederhana. Ketika masyarakat berobat langsung mendapatkan pelayanan. Tidak perlu membuat Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) seperti pada masa sebelumnya. “Lha pembuatan SKTM itu kan kadang membutuhkan waktu 1 atau 2 hari. Begitu SKTM selesai, sakitnya sudah semakin parah,” tuturnya.

Penggunaan E-KTP dan KK ini juga dianggap lebih bagus untuk menghapus praktek percaloan. Bukan rahasia lagi, di masa lalu, banyak calo pembuatan SKTM yang berkeliaran di rumah sakit. Para calo itu kerap meminta uang jasa hingga Rp200 ribu untuk pengurusan SKTM. “Dari pada uangnya dibayarkan untuk membuat SKTM lebih baik untuk makan,” terang Muraz.

Disamping itu, dengan inovasi CETEK ini memaksa warga Kota Sukabumi akan lebih peduli terhadap kelengkapan kependudukan. Adanya inovasi CETEK ini, setiap warga mau tidak mau harus mengurus E- KTP dan KK agar bisa mendapat fasilitas pelayanan kesehatan gratis di RSUD Al Mulk.

Keuntungan lain dari inovasi ini, bagi warga Kota Sukabumi yang tidak mampu dan belum punya kartu BPJS PBI akan dibantu untuk mendapat pengantar ke Dinas Sosial. Setelah itu, data dimasukkan ke dalam database warga yang harus mendapat fasilitas Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Pelaksana Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).

Muraz meyakinkan, layanan kesehatan gratis lewat layanan CETEK ini tak hanya berlaku bagi warga miskin. Sambil tergelak, dia bilang, orang kaya pun bisa jatuh miskin jika ada keluarganya yang sakit. “Karena itu, kami putuskan untuk memberikan pelayanan secara merata kepada setiap warga Kota Sukabumi,” ujarnya.

Keandalan layanan CETEK ini diakui oleh warga. Salah satunya, Ujang Saepuding (50) mengakui pelayanan di rumah sakit Al Mulk sangatlah profesional. Pria yang berkerja sebagai petani ini, menceritakan bahwa dirinya tidak dipersulit untuk berobat di rumah sakit Al Mulk, tidak seperti rumah sakit lainnya yang sangat berbeli-belit adminitrasinya. “Ini baru pelayanan yang baik untuk masyarakat,” ujar Ujang.

Ia menambahkan, bagi dirinya yang seorang petani pelayanan ini sangat membantu. Dari awal masuk hingga 3 hari di rumah sakit tersebut tidak ada biaya yang dikeluarkan sepeser pun, sehingga tak ada beban pikiran untuk membayar. “Mulai dari obat sampai pelayanan dokter gratis semua,” tandasnya.

Pria yang merasakan sakit di hulu hatinya ini membeberkan pelayanan administrasi di rumah sakit tersebut. Ia hanya menunjukan E- KTP dan KK nya saja kepada petugas. Setelah itu, E-KTPnya di scan dengan alat yang telah tersambung dengan Dukcapil. “Hanya lima menit, dan saya tak mengantre lama,” terang Ujang.

Inovasi layanan CETEK memang luar biasa. Tetapi, menurut Muraz, skema layanan kesehatan sebagus apa pun tak akan ada gunanya jika daya tampung rumah sakit tak memadai. Maka, setahun setelah dilantik menjadi Wali Kota pada 2013, Muraz pun segera memutuskan untuk membangun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Mulk. RSUD ini memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat Sukabumi.

Pembangunan RSUD Al Mulk sekaligus juga menjadi solusi karena sebelumnya banyak pasien di Sukabumi yang tak tertampung oleh layanan rumah sakit. Saat Muraz dilantik menjadi Wali kota, Kota Sukabumi memang sudah memiliki sebuah RSUD yang megah dan berfasilitas lengkap, yakni RSUD R Syamsudin SH.

Tetapi, fasilitas dan layanan kesehatan di rumah sakit ini kerap kali tak mampu mencukupi kebutuhan. Maklum, RSUD R. Syamsudin adalah sebuah rumah sakit rujukan regional. Karena status ini, RSUD R Syamsudin juga harus melayani pasien yang datang dari Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Cianjur. Tentu, ditambah lagi dengan warga Kota Sukabumi sendiri.

Meski ditunjang dengan fasilitas yang baik, jumlah kamar perawatan yang dimiliki RSUD R Syamsudin tetap saja tak sebanding dengan kebutuhan. “Dulu, banyak pasien yang tidur di selasar rumah sakit, jika rumah sakit sedang over load,” kata Muraz.

Maka, langkah cepat pun segera diambil oleh Muraz. Pada 2014, sebuah Puskesmas, tepatnya Puskesmas Lembursitu, ditingkatkan statusnya menjadi sebuah rumah sakit. Puskesmas Lembursitu dipilih untuk dikembangkan menjadi rumah sakit karena sejumlah alasan. Pertama, Puskesmas tersebut sudah lama ditunjuk sebagai Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Rujukan. Selain itu, Puskesmas Lembursitu juga memiliki lahan yang cukup luas.

(AS)
  1. Penataan Kota
  2. Inovasi
  3. Layanan Kesehatan
KOMENTAR ANDA