MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. BEST PRACTICE

Kota Makassar terapkan 18 Revolusi Pendidikan siapkan generasi tangguh

“Kota Makassar harus memiliki sumber daya manusia yang unggul dan mampu bersaing dengan warga dari daerah lain,”

Siswa SD Inpres Perumnas Pemda Kota Makassar saat membawakan tarian selamat datang khas Sulawesi Selatan.. ©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Selasa, 14 Maret 2017 12:12

Merdeka.com, Mesiotda - Siang itu, puluhan bocah membawakan tarian padduppa atau tari selamat datang khas Sulawesi Selatan. Gerakan mereka sangat tertata dan kompak dengan alunan musik pengiringnya.

Tarian padduppa itu hanyalah salah satu tari yang disuguhkan oleh siswa SD Inpres Perumnas Pemda Kota Makassar. Salah satu sekolah percontohan program 18 Revolusi Pendidikan yang digagas oleh Wali kota Makassar, Ir. H. Moh. Ramdhan Pomanto.

Tim dari Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri yang siang itu mengunjungi sekolah ini juga disuguhi sejumlah atraksi lain yang tak kalah menariknya.

Ada juga Arina, anak kelas VI SD yang membacakan 18 poin revolusi pendidikan dalam bahasa Inggris berlogat British yang teramat fasih. Ada pula Imelda Hardi, bocah kelas II SD yang memberikan tausiyah keagamaan. Dalam ceramah yang berlangsung sekitar 5 menit itu, dia beberapa kali menyitir ayat Alquran, dan menutup ceramahnya dengan membaca salawat yang dilagukan dengan irama meliuk-liuk.

“Pengucapan bahasa arabnya sangat bagus,” ujar salah satu anggota rombongan dari Kemendagri yang kebetulan juga paham bahasa Arab.

Ada lagi pembacaan puisi oleh seorang siswi yang masih duduk di kelas 1. Puisi yang dibaca bertajuk “sampah”, karya sang bocah itu sendiri. Ada pula atraksi taekwondo dan karate yang ditampilkan di tempat yang sama.

Sementara itu, ada juga atraksi yang dilakukan di kelas, dengan ditengahi oleh seorang guru yang bertindak sebagai pemandu lalu lintas pembicaraan, 6 siswa tampak beradu argumentasi dalam sebuah debat tentang penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari di sekolah.

Perdebatan yang berlangsung keras itu pada ujungnya sampai pada kesimpulan bahwa kemampuan berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris harus ditingkatkan karena kedua bahasa itu sangat penting bagi masa depan bangsa Indonesia.

Kemudian tim dari Kemendagri mendapatkan paparan tentang kondisi sekolah itu. Bukan guru atau kepala sekolah yang menjelaskan, melainkan seorang siswi kelas VI. “Sekolah ini merupakan percontohan dari penerapan 18 Revolusi Pendidikan yang dicanangkan oleh Wali kota Danny Pomanto. Seluruh sekolah di Kota Semarang akan menerapkan model yang sekarang kami terapkan ini,” ujar Hj. Andi Agusniati, S.Pd, M.Pd, Kepala SD Inpres Perumnas Pemda Kota Makassar.

Andi, bersama dengan sejumlah ahli dan praktisi pendidikan di Kota Makassar memang dilibatkan dalam penyusunan 18 Revolusi Pendidikan yang dilansir oleh Wali kota pada pertengahan 2016 lalu. “Kota Makassar harus memiliki sumber daya manusia yang unggul dan mampu bersaing dengan warga dari daerah lain,” ujar Wali kota Pomanto.

SDM unggul itu, lanjut Pomanto, hanya akan dapat diciptakan dengan penerapan sistem pendidikan yang baik, menegakkan nilai-nilai kebangsaan dan sekaligus nilai-nilai luhur budaya Makassar, serta mampu bersaing di tingkat global.

Impian untuk penciptaan sumber daya manusia kelas dunia itulah yang akhirnya mendorong Wali kota Makassar untuk menerapkan 18 revolusi pendidikan. “Sengaja saya menggunakan kata revolusi karena kami menginginkan perubahan drastis dalam waktu yang cepat. Nilai-nilai baru itu harus sudah terwujud pada 2020,” tandas Pomanto.

Apa sejatinya 18 Revolusi Pendidikan itu? Menurut Wali kota Danny Pomanto, 18 poin yang ada di dalam 18 Revolusi Pendidikan itu sesungguhnya adalah jawaban atas masalah yang dihadapi saat ini sekaligus juga menjadi sarana untuk mewujudkan SDM yang mampu bersaing secara global. Poin pertama dari 18 Revolusi Pendidikan itu, misalnya, berbunyi: Semua Anak Bisa Sekolah. Poin ini merupakan jawaban terhadap banyaknya lulusan SD yang tak tertampung oleh SMP-SMP yang ada di Kota Makassar.

“Untuk membuka peluang agar semua lulusan SD dapat tertampung di SMP, saya memberikan peluang bagi semua SD untuk membuka SMP di sekolahnya,” ujarnya.

Dengan pembukaan SD-SMP Satu Atap ini, kelak tak ada lagi cerita anak Makassar putus sekolah lantaran tak mendapatkan jatah bangku di SMP.

Danny Pomanto mengakui, isi 18 Revolusi Pendidikan memang sangat idealis. Poin-poin yang ada di dalamnya pun sangat berat untuk dilaksanakan. Mari simak, apa saja isi dari 18 Revolusi Pendidikan ini: (1) Semua anak bisa sekolah; (2) Semua sekolah harus menjadi sekolah adiwiyata; (3). Semua bebas napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya); (4). Sekolah 9 tahun; (5). 100 sekolah bintang lima; (6). Satu sekolah 1 smartlibrary; (7) Satu sekolah dua guru innovator; (8). Satu sekolah 5 superstudent; (9) Satu sekolah 2 smartclass; (10) Satu sekolah 1 superinovasi; (11) Satu sekolah 5 gangdebat; (12) Satu anak 1 tari; (13) Satu anak 1 bakat; (14) Satu anak 1 olahraga, (15) Satu anak 3 tanaman; (16) Festival bakat; (17) Olimpiade sekolah, dan (18) Liga debat.

Dia berharap, dalam waktu dekat ini akan muncul 100 sekolah bintang 5 di wilayahnya. “Sekolah bintang 5 adalah sekolah yang berhasil menerapkan minimal 15 norma dari 18 Revolusi Pendidikan ini,” ujar Pomanto. Dia bermimpi, 100 sekolah bintang 5 ini akan lahir merata di 15 kecamatan yang ada di Kota Makassar. 

(AS)
  1. Penataan Kota
  2. Inspirasi
  3. Inovasi
KOMENTAR ANDA