Keberhasilannya dalam memenuhi norma-norma yang ada dalam 18 Revolusi Pendidikan itu tak terlepas dari dukungan para orang tua murid.
Merdeka.com, Mesiotda - Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto mengatakan, dalam menciptakan generasi masa depan pihak Pemkot menerapkan 18 Revolusi Pendidikan. Program yang dirilis pertengahan 2016 ini diharapkan dapat memunculkan 100 sekolah bintang 5 di wilayahnya dalam waktu dekat. “Sekolah bintang 5 adalah sekolah yang berhasil menerapkan minimal 15 norma dari 18 Revolusi Pendidikan ini,” ujar Pomanto.
Dia bermimpi, 100 sekolah bintang 5 ini akan lahir merata di 15 kecamatan yang ada di Kota Makassar.
Harus diakui, tak mudah untuk menggapai status sekolah bintang 5 ini. “Guru-guru harus mendapatkan pelatihan,” ujarnya menyebutkan langkah pertama yang dia lakukan untuk melancarkan penerapan nilai baru ini.
Pelatihan yang pertama adalah mengenai tata cara mengenali bakat siswa, mengenalkan jenis-jenis tarian yang bisa dipilih oleh para siswa serta mengenalkan aneka jenis olahraga yang bisa ditekuni oleh para siswa. “Semua harus diperkenalkan, dan siswa dipersilakan memilih. Guru bisa membantu memilihkan jenis tarian dan jenis olahraga,” tandasnya.
Pelatihan yang kedua adalah tentang pemanfaatan IT. “Soalnya, karena kami menggunakan smart library, guru harus memantau jenis dan bahkan judul buku yang dibaca oleh para siswanya. Bahkan, siswa kelas 4, 5, dan 6, sudah harus mengerjakan PR-nya secara digital dan mengirimkannya kepada guru lewat email,” tandasnya.
Tetapi, di sisi yang lain, dia juga sangat berbahagia melihat output dari model pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan norma-norma 18 Revolusi Pendidikan ini. “Kami tak perlu kebingungan mempersiapkan siswa untuk tampil menari, misalnya. Soalnya, semua siswa di sini minimal menguasai satu tarian dan satu olahraga,” kata Andi Agusniati, sang kepala sekolah SD Inpres Perumnas Pemda Kota Makassar dengan wajah berbinar. Salah satu siswa SD Inpres Perumnas Pemda ini bahkan mampu meraih lomba karate tingkat nasional.
Andi Agusniati juga mengakui bahwa keberhasilannya dalam memenuhi norma-norma yang ada dalam 18 Revolusi Pendidikan itu tak terlepas dari dukungan para orang tua murid. Dia tak segan mengakui bahwa kefasihan Arina dalam berbahasa Inggris tidak didapatkan dari sekolah, melainkan dari orang tuanya. Arina pun mengakui hal tersebut. “I speak in English with my family everyday,” kata Arina yang saat ditanya cita-citanya segera menjawab lugas, “I wanna be an athlete. I hope, someday, I will be a champion of 100 metres sprint," katanya.
Di sekolah ini, menurut Andi Agusniati, Arina sudah didaulat menjadi salah satu superstudent. Artinya, dia harus mampu menjadi sosok idola bagi siswa yang lain. Pemberian gelar ini ternyata membawa dampak positif karena siswa yang lain pun ikut mencoba berbahasa Inggris saat berbincang dengan Arina. Jadi, tandas Andi Agusniati, gelar superstudent bukan hanya didapat dari kehebatan dalam hal akademis, tetapi justru diberikan kepada para siswa yang memiliki kelebihan dalam bidang apa pun.
Ketrampilan Imelda dalam berceramah agama juga tak didapat dari sekolah. Imelda juga belajar berceramah dengan dukungan orang tuanya. “Sekolah hanya memantau dan memberikan apresiasi kepada siswa-siswa yang memiliki kelebihan dengan harapan siswa yang lain pun akan terpacu untuk menggali potensi yang dia miliki,” ujar Andi Agusniati.
Dukungan orang tua siswa tak hanya sebatas pada soal itu. Berbeda dengan sekolah-sekolah di daerah lain yang umumnya menutup peluang bagi masuknya sumbangan dari orang tua, sekolah-sekolah di Makassar justru secara terbuka menerima sumbangan. Wali kota Danny Pomanto melihat, penggratisan biaya sekolah kepada semua siswa bukanlah jalan yang terbaik untuk memajukan pendidikan.
Danny beranggapan, tak ada salahnya jika orang tua yang berkecukupan tetap berpartisipasi dalam memajukan pendidikan. “Trend di Makassar ini, orang tua umumnya berharap anaknya bisa masuk sekolah negeri. Soalnya, kualitas di sekolah-sekolah negeri tak kalah bersaing dengan sekolah swasta yang biayanya mahal,” tandasnya.
Karena alasan itu, Pemkot pun memutuskan untuk membuka peluang bagi orang tua untuk ikut berpartisipasi memajukan pendidikan di sekolah tempat anaknya belajar.
“Pemkot Makassar memutuskan untuk mengizinkan masuknya dana SSPB (Sumbangan sukarela pendidikan berkualitas). SSPB ini tak hanya datang dari orangtua murid namun juga dari alumni masing-masing sekolah,” tandas Danny.
Tak heran, di papan pengumuman yang ada di teras SD Inpres Perumnas Pemda, ada pengumuman mengenai bantuan dari orang tua siswa. Di situ, tertera ada bantuan berupa uang, dan apa pula bantuan berupa 6 sak semen dan satu mobil pasir. Dengan adanya dana SSPB itu, sekolah tak harus dibuat pusing untuk membiayai program-program untuk kemajuan pendidikan dan siswa.