MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. INFO AKTUAL

Pemkab Bekasi olah limbah kotoran manusia jadi air bersih

"Selama ini pengolahan air bersih dari bahan limbah tinja ini kami peroleh dari sekitar 2.000 rumah tangga yang menjadi pelanggan kami,"

Ilustrasi. ©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Senin, 27 Maret 2017 11:43

Merdeka.com, Mesiotda - Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, berhasil mengolah 80 liter kubik per hari air bersih (bukan untuk konsumsi warga) dari pengolahan limbah tinja melalui instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (PALD) hingga Maret 2017 di daerah itu.

"Selama ini pengolahan air bersih dari bahan limbah tinja ini kami peroleh dari sekitar 2.000 rumah tangga yang menjadi pelanggan kami," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas PALD Kota Bekasi Andrea Sucipto di Bekasi, kemarin.

Menurut dia limbah itu diolah pihaknya di instalasi PALD Kelurahan Sumurbatu, Kecamatan Bantargebang sejak 2015. Pengolahan limbah tinja itu dilakukan melalui proses teruji menggunakan mesin di mana air limbah diproses lewat empat tahapan.

Tahap pertama tinja murni dimasukan ke mesin pengolahan untuk dipisahkan airnya, lalu disaring lebih lanjut dan dilihat kadar PH airnya sesuai standar mutu.

Air hasil pengolahan kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan umum di luar konsumsi masyarakat, seperti menyiram taman serta menjaga kestabilan ekosistem air lingkungan. "Intinya air olahan ini belum layak untuk dikonsumsi warga sebagai air minum. Pemanfaatannya baru sebatas perawatan taman dan menjaga kestabilan air tanah," katanya dikutip dari Antara.

Pihaknya menargetkan PALD yang kini baru terbentuk satu unit di Kelurahan Sumurbatu akan kembali diperluas hingga ke 12 kecamatan setempat. "Rencananya, Unit Pelayanan Teknis Dinas Pengolahan Air Limbah Domestik juga akan membangun instalasi kedua pada kawasan Bekasi Utara, tepatnya di Kelurahan Telukpucung," katanya.

Andrea mengatakan pelayanan pengangkutan air limbah tinja masyarakat itu mulai menerapkan sistem modern berupa daring (online) terhitung sejak 2016.

"Proses pengolahan menggunakan biobakteri, sehari kami bisa produksi 80 meter kubik air, sebenarnya instalasi ini sudah ada sejak tahun 1995 namun menggunakan teknik konvensional, baru sekitar 2016 menerapkan sistem modern," katanya.

Pihaknya menargetkan sistem modern itu diproyeksikan mampu menambah jumlah pelanggan yang akan memanfaatkan pelayanan sedot tinja dengan instalasi yang dimiliki pemerintah daerah. "Kami menargetkan pada 2017 ini akan ada penambahan pelanggan menjadi 5.000 rumah tangga dari yang eksisting saat ini 2.000 pelanggan," katanya.

(AS)
  1. Inovasi
KOMENTAR ANDA