MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. BEST PRACTICE

Sistem pelayanan andalan Probolinggo ini dilirik sampai Belanda

"Sekarang ini, sudah 20 Puskesmas –dari 33 Puskesmas yang ada di Kabupaten Probolinggo, yang menggunakan sistem layanan ini."

Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari Sedang berkunjung dan menyapa pasien di Puskesmas Sumberasih di Kecamatan Sumberasih pada 6 Febuari 2017.. ©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Rabu, 22 Februari 2017 11:03

Merdeka.com, Mesiotda - Kabupaten Probolinggo sukses mengembangkan sistem layanan kesehatan berbasis IT dan tanpa kertas. Sistem ini sudah diterapkan di sebagian besar Puskesmas di wilayah kabupaten yang dikenal sebagai penghasil mangga terbaik di Indonesia itu.

Sejak 2013, Kabupaten Probolinggo telah meluncurkan sistem layanan JEMPOL MANCEP LAYANAN CEPET, CEPAT TUNTAS TANPA KERTAS. Sistem ini merupakan hasil inovasi layanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Sumber Asih pada 2013 silam. Namun, sekarang, sebagian besar Puskesmas di Kabupaten Probolinggo sudah menerapkan sistem layanan ini.

Secara prinsip, cara kerja sistem ini mirip dengan sistem absensi dengan Finger print. Pasien yang datang tak perlu menunjukkan aneka kartu, tapi cukup dengan menempelkan jempolnya di scanner yang disediakan. Begitu jempol tertempel di scanner, nomor antrean pun akan keluar, dan tinggal menunggu panggilan untuk diperiksa dokter, dan selanjutnya mengambil obat.

Bupati Kabupaten Probolinggo, Puput Tantriana Sari mengatakan, inovasi layanan ini sangat bermanfaat. Bukan hanya pasien yang diuntungkan, tapi juga para petugas di instalasi-instalasi layanan kesehatan.

“Sebelumnya, kami sering kesulitan karena banyak warga Probolinggo yang mempunyai dua nama atau kadang lebih. Seringkali, nama yang diucapkan pun tak sesuai dengan indentitas (KTP), sehingga menghambat pelayanan kesehatan," kata Puput.

Kepala Puskesmas Sumber Asih, Wahyuningsih, menjelaskan, sistem berbasis teknologi informasi ini sudah terintegrasi dengan banyak data. Hanya dengan meletakan jempol pada finger scan, pasien telah melewati enam proses pelayanan sekaligus, dan semuanya dilakukan tanpa melibatkan selembar kertas pun.

“Jadi, loketnya tanpa kertas, status (rekam medik) juga tanpa kertas, tidak ada kertas resep, dan pengelolaan obat tanpa kertas,” kata Wahyuningsih.

Dia menjelaskan, alat yang diperlukan untuk menjalankan layanan ini adalah fingerscan, alat yang biasa dijadikan alat bukti kehadiran oleh instansi atau perusahaan. Hasil pemindaian dari scanner itu kemudian diolah dengan software "Simpustronik". Software simpustronik ini berperan merekam daftar antrean, catatan medik yang pernah dilakukan, mulai dari riwayat kunjungan, data penyakit, jenis obat dan lain-lain. Semua data itu tersimpan dengan aman.

Menurut Wahyuningsih, melalui teknologi ini, siapa yang menempelkan jempolnya terlebih dahulu akan mendapatkan pelayanan lebih awal. Hal ini dimaksudkan supaya pelayanan kesehatan ini dapat terpenuhi dengan jujur, adil, baik yang sudah tua, cacat, atau buta aksara memperoleh kemudahan yang sama.

Shodiq Tjahjono, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo menyebutkan bahwa sistem informasi kesehatan berbasis data simpustronik ini sebenarnya sudah tak asing lagi, khususnya di Provinsi Jawa Timur. Tetapi, Puskesmas Sumber Asih berhasil mengembangkan sistem layanan itu dengan inovasi layanan tanpa kertas atau paperless service.

Mempermudah Untuk mengaplikasikan inovasi ini sangatlah mudah. Setelah pasien mendaftar dengan jempolnya, ia akan mendapat panggilan elektronik untuk ketempat layanan. Pasien hanya perlu menceritakan keluhan sakitnya saat itu, tidak harus menyampaikan riwayat penyakitnya karena rekam medisnya sudah ada dalam server yang bisa dibaca oleh petugas medis.

Setelah mendapatkan layanan dari petugas kesehatan, semua data tentang diagnosa maupun pengobatan akan dicatat dalam komputer yang terhubung dengan server penyimpan data. Dengan demikian, bila pasien itu perlu dirujuk pada pelayanan lain, dia juga tak perlu membawa kertas. Petugas di instalasi pelayanan lanjutan tinggal membuka data yang ada di komputer.

Begitu pula saat pengambilan obat, pasien cukup datang ke loket apotek saja dan menunggu panggilan. Hal itu untuk mencegah kesalahan pemberian obat karena seringkali tulisan dokter sulit dibaca. Cara ini juga dianggap aman karena, menurut pengalaman, banyak kertas resep yang rusak saat dipegang oleh pasien.

Kemudahan pelayanan tersebut diakui oleh masyarakat pengguna layanan. Baburahma (42), salah satu warga kecamatan Sumber Asih, yang yang mengidap sakit paru-paru itu mengakui bahwa pelayanan jempol macep ini sangat memudahkan warga untuk berobat. Sebab, ia tidak lagi dipusingkan soal urusan administrasi Puskesmas.

Berbeda dengan sebelumnya, Baburahma harus mengantre berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan. "Ini sangat membantu. Terutama bagi orang yang sakit dan tak ada orang yang mengantar berobat seperti saya," katanya.

Manfaat sistem layanan ini bukan hanya dinikmati pasien, tapi juga petugas Puskesmas. Mereka tidak lagi membutuhkan ruang khusus untuk menyimpan tumpukan rekam medik. Semua informasi dalam software dapat digunakan sebagai bahan analis dan pembuatan laporan. Terlebih, aplikasi ini dirancang untuk menyajikan berbagai bentuk laporan secara otomatis.

"Dulu, petugas kerap kesulitan mencari data rekam medik pasien, apalagi jika kertas rekam medik itu sudah rusak karena terlipat dan sudah lama, pasti tidak bisa digunakan lagi," kata Didik Kasidi, Petugas Puskesmas Sumber Asih.

Pemantauan stok obat pun berjalan otomatis. Setiap resep obat ditulis dokter, otomatis akan mengurangi jumlah sisa obat. Petugas pengelola obat tidak lagi harus menghitung stok setiap hari. Finger simpustronik membantu menghitung sisa obat yang tersedia secara akurat. Hal ini juga memudahkan bagi lembaga pengawas keuangan melakukan pemeriksaan.

Karena itu, Didik mengaku senang dengan adanya inovasi ini. Dulu, para petugas Puskesmas kerapkali harus menghabiskan waktu untuk mencari data pasien. Apalagi, warga yang berkunjung itu jumlahnya tak sedikit. Setiap harinya Puskesmas Sumber Asih rata-rata dikunjungi 130 pasien. "Bisa dibayangkan sumpeknya seperti apa, dengan gedung Puskesmas yang tak begitu besar, ratusan orang menunggu antrian. Tapi kini meski ritme kerja jadi cepat," ujarnya.

"Sekarang ini, sudah 20 Puskesmas – dari 33 Puskesmas yang ada di Kabupaten Probolinggo, yang menggunakan sistem layanan ini," kata dia.

Program replikasi ini terus dilakukan dan dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Probolinggo. Alokasi penggunaan anggaran Puskesmas pun, diberikan untuk untuk mempercepat replikasi inovasi ini. Tak hanya itu, Dinas kesehatan juga memberikan pelatihan pelatihan bagi petugas simpustronik untuk meningkatkan kualitas pelayanan Jempol Mancep tersebut.

Dengan suksesnya layanan Jempol Mancep ini, Bupati membuat payung hukum pelayanan ini lewat SK Bupati No 060/1720/426.12/2014. Upaya ini dilakukan untuk menjaga supaya Di tingkat provinsi, Jempol Mancep Layanan Cepat telah diperkenalkan kepada publik melalui Gelar Kelompok Budaya se Jawa Timur. Dalam kompetisi tersebut teknologi informasi andalan warga probolinggo itu mendapatkan prestasi juara ke tiga untuk kategori jasa pelayanan.

Akibat dari banyaknya mengikuti pameran, kini Puskesmas Sumber Asih pun banyak menerima kunjungan study banding dari berbagai wilayah, mulai dari Aceh hingga Papua. Bahkan, ada juga kunjungan studi banding dari Myanmar dan Belanda.

Selain itu, ada juga kunjungan dari bidang farmasi oleh Univesity Of Sidney Australia, University of Alberta Canada, dan University of Calgary Canada. Sedangkan di tingkat nasional, banyak kabupaten yang telah melakukan studi banding ke Puskesmas Sumber Asih untuk ditiru di daerah masing-masing.

(AS)
  1. Inspirasi
  2. Kabupaten Probolinggo
  3. Inovasi
KOMENTAR ANDA