Melakukan swafoto di lokasi ini akan membuat pengunjung merasa seakan-akan menjadi bagian dari film Twilight yang terkenal itu.
Merdeka.com, Mesiotda - Kabupaten Bantul saat ini bisa diibaratkan dengan gadis kampung yang mulai belajar berdandan. Secara geografis, Bantul sangat dekat dengan Kota Yogyakarta. Jarak antara ibukota Kabupaten Bantul dengan Stasiun Tugu Yogyakarta, tak lebih dari 14 kilometer. Jarak Bantul dengan Bandara Adi Sucipto, hanya 22 kilometer.
Tapi, pada saat yang sama, Kabupaten Bantul belum banyak memperoleh berkah dari rezeki pariwisata Yogyakarta. Jumlah wisatawan asing maupun domestik ke Bantul bisa dibilang sangat sedikit dibanding wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Padahal Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata kedua favorit di Indonesia setelah Bali.
Garis nasib itulah yang kini sedang diusahakan untuk diperbaiki oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Daerah ini tak boleh sekadar menjadi penonton dari perkembangan pariwisata di DIY namun harus bergerak nyata.
Bupati Bantul Suharsono sangat yakin, peluang daerahnya untuk ikut menjadi pemain dalam industri kepariwisataan sangatlah besar. Ibarat wanita, Kabupaten Bantul adalah puteri dengan kecantikan yang paripurna. “Bantul memiliki wisata pantai, wisata ritual, wisata pegunungan, dan juga wisata budaya,” ujar Bupati Suharsono.
Untuk wisata pantai, Kabupaten Bantul memiliki Pantai Parang Tritis, Pantai Kuwaru, Pantai Pandansimo, Pantai Goa Cemara, Pantai Samas, dan sebagainya. Semua pantai itu indah. Pantai Parangtritis bahkan tak hanya menawarkan keindahan, tapi juga dianggap sebagai pantai yang sakral. Beberapa orang datang ke pantai ini untuk tujuan untuk pembersihan jiwa terutama pada malam tahun baru kalender Jawa.
Begitu pula halnya dengan Pantai Parang Kusumo. Di Pantai yang berada tak jauh dari Parang Tritis ini, terdapat sebuah bangunan yang diberi nama Cepuri yang di dalamnya terdapat dua buah batu yang diberi nama Batu Cinta. Dua batu ini dipercaya sebagai tempat pertamuan Panembahan Senopati, Raja Kerajaan Mataram yang pertama dengan Penguasa Laut Selatan. Tak heran, Pantai Parangkusumo ini hingga sekarang dianggap sebagai tempat yang bagus untuk bermeditasi, bersemedi, melakukan ritual khusus untuk mencapai tujuan tertentu.
Kabupaten Bantul memang memiliki sangat banyak obyek wisata ritual. Yang paling banyak dikunjungi tentu saja adalah Makam Raja-raja Mataram yang ada di sebuah bukit yang ada di Desa Ginirejo, Imogiri, Bantul. Di pemakaman ini, disemayamkan para raja dari Kasunanan Surakarta maupun para sultan dari Kasultanan Yogyakarta.
Gua Selarong yang merupakan “markas” dan sekaligus tempat persembunyian Pangeran Diponegoro juga bisa dimasukkan ke dalam kelompok wisata ritual ini –meskipun banyak juga yang berkunjung ke goa ini sekadar untuk napak tilas peninggalan sejarah.
Wisata pegunungan? Nah, untuk obyek wisata pegunungan ini, Kabupaten Bantul sangatlah kaya. “Banyak obyek yang potensial untuk dikembangkan,” ujar Bupati Suharsono. Untuk saat ini, ada beberapa obyek yang telah ditata dan dipersiapkan akses jalan bagi pengunjung untuk menikmati keindahannya.
Beberapa di antaranya adalah Kebun Buah Mangunan. Ini bukan kebun buah sembarangan. Alasan utama orang untuk datang ke tempat ini bukanlah karena ingin berburu buah murah atau melihat mangga, jeruk, jambu, durian atau rambutan yang masak di atas pohon.
Alasan utama datang ke Taman Buah Mangunan umumnya justru karena ingin melihat sebuah panorama unik yang ada di salah satu pojok kebun buah ada di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul ini.
Dari pojok itu, pengunjung bisa melihat Sungai Oyo yang ada di dasar lembah. Nah, di sela-sela lembah itu, pada pagi hari, atau pada saat matahari sedang tak terik, akan muncul kabut yang menyerupai awan. Panorama itulah yang akhirnya membuat kawasan ini diberi julukan sebagai Negeri di Atas Awan.
Ada lagi Theatre Hutan Pinus yang letaknya berseberangan dengan jalan masuk menuju ke Kebun Buah Mangunan. Di tengah hutan pinus yang sudah menua, dibangunlah sebuah panggung yang dilengkapi dengan tempat duduk yang terbuat dari kayu pinus. Panggung itu bisa digunakan untuk melakukan edukasi tentang hutan, ataupun untuk panggung pertunjukan.
Melakukan swafoto di lokasi ini akan membuat pengunjung merasa seakan-akan menjadi bagian dari film Twilight yang terkenal itu. Masuk ke lokasi wisata ini memang membuat pengunjung serasa masuk ke daerah yang digunakan untuk pengambilan gambar film terkenal itu.
Ada lagi banyak obyek wisata lain yang belum dikembangkan oleh Pemkab Bantul. Sekadar menyebut contoh, ada Watu Goyang, ada Puncak Becici, dan sebagainya. Semuanya menawarkan panorama yang sangat indah. “Saya ingin ada investor yang masuk untuk menggarap tempat-tempat wisata tersebut,” ujar Bupati Suharsono.