MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. BEST PRACTICE

Inilah pencipta aplikasi SIKDA Kota Samarinda

“Meski berdarah-darah, tapi proses ini jalan terus dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah kota,”

©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Kamis, 06 April 2017 11:16

Merdeka.com, Mesiotda - Pemerintah Kota Samarinda menciptakan aplikasi dengan nama SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan Kota Samarinda) untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Dengan adanya SIKDA, Pemkot Samarinda ingin mempermudah masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan yang bermutu. Aplikasi tersebut merupakan karya sendiri dari pegawai Pemkot Samarinda, sehingga Pemkot mengklaim tidak banyak anggaran dikeluarkan untuk aplikasi yang sangat bermanfaat ini.

Pencipta SIKDA Samarinda, yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Samarinda, Osa Rafshodia mengatakan, SIKDA Samarinda bukanlah hanya sekadar perangkat lunak, tetapi selama empat tahun ini pemerintah daerah Samarinda juga membangun sistem komunikasi antar pelayanan primer dan rujukan. “Meski berdarah-darah, tapi proses ini jalan terus dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah kota,” ujar Osa belum lama ini.

Melalui SIKDA inilah, UPT (Unit Pelayanan Teknis) Kesehatan Samarinda mendapat angka yang akurat dari data SPM seluruh puskesmas dan Faskes swasta termasuk rumah sakit. Semua data ini terkumpul, dan menjadikan puskesmas sebagai basis data kesehatan. Sehingga, rekam medis setiap pasien dapat dilihat oleh seluruh unit kesehatan yang ada di Samarinda.

Setiap unit kesehatan swasta di Samarinda saat ini telah terintegrasi dengan SIKDA. Jika tidak, Dinkes Samarinda bisa tidak mengeluarkan izin praktik bagi unit kesehatan tersebut.

Lebih lanjut, Osa menjelaskan, pada era keterbukaan informasi kepada publik saat ini, dinas kesehatan mempunyai tugas untuk mendistribusikan data dan informasi yang sekian banyak itu ke publik. Tujuan utamanya adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

Selain itu, kata Osa, pihaknya juga merangkul fasilitas pendidikan untuk melakukan penelitian terhadap seluruh data yang telah dikumpulkan. “Hasil dari penelitian ini akan diterjemahkan melalui peraturan dan kebijakan daerah di tahun berikutnya,” terangnya.

Selama empat tahun ini pula, Dinkes Samarinda membandingkan antara puskesmas satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan ini, dinas dapat mengetahui blank spot pelayanan kesehatan agar tidak ada antrean yang panjang dan mengurangi beban kerja pada satu Puskesmas. Dari data ini pula, dinas dapat mengusulkan UPTD puskesmas lainnya.

Sejak enam atau tujuh tahun yang lalu, seluruh Puskesmas di Samarinda sudah mengerjakan penilaian kinerja. Dengan SIKDA, sistem ini didigitalkan agar dapat mencegah kecurangan di Puskesmas. Pada setiap Puskesmas ada LogBook harian. Kinerja setiap dokter atau perawat, tercatat secara manual dan secara sistem di dalam SIKDA. Verifikasi pun dapat dilakukan antar-Puskesmas.

Dari semua data tersebut, SIKDA dapat membagi upah jasa medis berdasarkan kinerja yang muncul dalam sistem. Pembagian ini juga dapat dilihat oleh seluruh pegawai yang ada di Puskesmas. Keterbukaan informasi inilah yang menjadi salah satu kelebihan SIKDA. Hal ini menurut Osa penting ada, agar di tingkat teknis tercipta kendali internal. Kemudian, dari hasil pembagian di sistem tadi, akan masuk ke SKP (Sasaran Kerja Pegawai) dan SimpegClinet PNS Dinas Kesehatan.

Pada era JKN ini, juga ada perhitungan Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP). KBKP ini juga terhitung secara sistem. Sejak terintegrasi pada Mei 2016 hingga Februari 2017, angka kontak dan kegiatan prolanis naik sebesar 273%, pada periode empat kali perhitungan.

Pada April hingga Mei 2017 ini, SIKDA Samarinda ingin menghubungkan SIKDA pelayanan primer dan SIKDA pelayanan rujukan. Ketika keduanya digabungkan, akan terlihat pencegahan kecurangan di tingkat kota. Selain itu, bisa juga dilihat efisiensi pelayanan pada kedua SIKDA tersebut.

(AS)
  1. Inspirasi
  2. Inovasi
  3. Layanan Kesehatan
KOMENTAR ANDA