MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. BEST PRACTICE

Begini lho aplikasi Sipintar yang diterapkan sekolah di Kudus

Sipintar mengubah secara radikal pola pendidikan konvensional.

©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Kamis, 16 Maret 2017 10:48

Merdeka.com, Mesiotda - Aplikasi Sipintar (Sistem Informasi Pendidikan Nusantara) yang diterapkan Pemkab Kudus bukan hanya untuk mengurangi penggunaan kertas dalam proses pembelajaran. pemanfaatan teknologi ini dinilai akan memudahkan semua pihak, baik dari siswa, guru, orang tua bahkan pihak dinas yang menanganinya. Sebab dalam aplikasi itu memuat segala hal yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing seperti siswa, guru, orang tua, pihak sekolah dan juga dinas terkait.

Pencatatan digital mengenai siswa, sekolah, dan guru ini jelas memudahkan sekolah saat hendak mengajukan akreditasi ke Dinas Pendidikan. Begitu pun sebaliknya. Dinas Pendidikan tidak perlu repot-repot bertanya ke sekolah untuk meminta data-data karena dia sendiri bisa membukanya secara online. “Ini akan menghilangkan sistem kebut semalam dalam pengumpulan data," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus, Joko Susilo.

Dalam penyusunan rapor pun, sekolah dan guru tidak lagi harus grasak-grusuk karena semua data ada di sistem. Ujungnya, menghilangkan banyaknya catatan dan tumpukan data dalam kertas. “Program ini adalah landasan menuju Kudus Cyber City,” terang Joko.

Wakil Kepala SMPN I Kudus, Ali Zamroni, menerangkan sistem ini mengukuhkan posisi guru sebagai fasilitator dalam pendidikan. Siswa leluasa berkreasi dan mengembangkan potensi dirinya sendiri. Sipintar mengubah secara radikal pola pendidikan konvensional. Dahulu komunikasi hanya satu arah dari sekolah kepada siswa dan orang tua, kini ada umpan balik dari siswa dan orang tua. “Orang tua tidak perlu datang ke sekolah untuk mendapatkan informasi,” ujarnya.

Ali memaparkan para siswa dan guru dapat mengatur jadwal tugas dan kuis di luar sekolah. Awalnya, guru memasukan data pertanyaan dan kunci jawaban yang tersembunyi. Kemudian, guru mengirimkan pemberitahuan waktu dimulai dan berakhirnya ujian. Siswa tinggal mempelajari materi dan arahan yang sudah dimasukan ke Sipintar. Sementara ini, soal baru tersedia dalam bentuk pilihan ganda. Jika siswa telah selesai mengerjakan, hasil ujian akan langsung keluar. “Sistem akan memindai secara otomatis mana jawaban salah dan benar,” tuturnya.

Meskipun terbuka kemungkinan siswa untuk berkerja sama atau mencari jawaban dari media lain, itu bukanlah masalah. Ujian itu bukan satu-satunya indikator penilaian. Ali menegaskan kunci dari proses belajar ini saat tatap muka di kelas. Materi inti tetap diberikan di ruang kelas, sedangkan yang di Sipintar materi pengayaan. “Ujian melalui Sipintar akan membuat siswa siap ketika melakukan ujian di ruang kelas,” jelasnya.

Meskipun demikian, Kepala SMPN I Kudus, Akhsan Noor, menyatakan bahwa pelaksanaan Sipintar memang belum bisa dikatakan 100 persen sempurna. Para siswa, kata Aksan, memang relatif tak punya masalah, tetapi banyak guru yang masih sulit beradaptasi hingga masih harus terus didampingi dan dibimbing pihak ketiga yang bekerja sama dengan Pemkab Kudus. Secara umum, sumber daya manusia di SMPN I Kudus siap menjalankan sistem serba digital ini.

Salah satu siswi SMPN I Kudus, Putri Maulidiyanti, mengaku senang dengan penerapan Sipintar karena tasnya tidak berat lagi dengan buku. Siswi berkacamata itu mengungkapkan orang tuanya pun menyambut baik karena bisa mengontrolnya setiap saat. Saat ditanya tentang pengeluaran tambahan akibat aplikasi Sipintar ini, Uli, sapaan akrabnya, menjawab singkat, ”Tidak boros kuota kok. Lagian, jika sedang di sekolah, saya menggunakan wifi gratis,” tuturnya.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Disdik Kabupaten Kudus, Kasmudi, mengaku penerapan sistem ini tak akan memberatkan orang tua. “Memang diperlukan gadget untuk memanfaatkan aplikasi ini. Tetapi, saya yakin, semua anak SMP pasti punya HP,” tandasnya.

Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus memang pernah melakukan pendataan mengenai hal ini. Hasilnya, di sekolah paling jauh dari pusat kota, yakni SMPN 3 Dawe, hampir semua siswanya memiliki ponsel pintar. Makin dekat ke pusat kota, kepemilikan HP semakin banyak.

Kasmudi menambahkan, pihaknya saat ini terus melakukan penyempurnaan aplikasi ini. “Kami tengah mempertimbangkan untuk memasukkan game yang hanya bisa diakses oleh siswa yang berprestasi atau mencapai nilai tinggi. Tapi kita sedang memperhitungkan untung ruginya dan batasan sehingga siswa tidak kebablasan bermain,” tuturnya.

Kepala Bappeda Kudus, Sudjatmiko, menjamin bahwa aplikasi ini tak akan merepotkan karena jaringan internet di Kabupaten Kudus sudah terhubung sampai ke pelosok. Jika ada satu dua siswa yang tak punya android, Pemkab siap memberikan bantuan.

Mantan Kadisdik itu mengatakan penerapan Sipintar di seluruh sekolah baik negeri maupun swasta dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas pada akhir April 2017. Selambat-lambatnya, awal masa ajaran baru sudah diterapkan. Uji coba di satu sekolah, katanya, untuk melihat kelemahan dari sistem yang akan diterapkan sehingga ketika dioperasionalkan menyeluruh tidak ada masalah siginifikan lagi.

 

(AS)
  1. Inspirasi
  2. Inovasi
KOMENTAR ANDA