MESIOTDA Media Interaksi Otonomi Daerah
  1. MESIOTDA
  2. INFO AKTUAL

Minyak nilam asal Purbalingga tembus pasar Taiwan dan Prancis

Akan tetapi, bahan baku parfum dan kosmetik ini masih diproduksi oleh industri rakyat dalam skala kecil.

Penyulingan minyak nilam secara tradisional.. ©2017 Merdeka.com Editor : Anton Sudibyo | Jum'at, 10 Februari 2017 12:19

Merdeka.com, Mesiotda - Minyak nilam dari Purbalingga kini mampu menembus pasar Taiwan dan Prancis. Akan tetapi, bahan baku parfum dan kosmetik ini masih diproduksi oleh industri rakyat dalam skala kecil.

Salah satu perajin, Nuryanto (42) mengungkapkan, setiap hari dia mampu mengolah nilam kering antara 400-800 kilogram. Setiap 100 kilogram nilam kering yang diolah mampu menghasilkan rata-rata 2 kilogram minyak, tergantung dari banyaknya jumlah persentase perolehan (rendemen) nilam kering.

"Minyak nilam yang kami produksi terbagi dalam tiga jenis, masing-masing PTO (Patcholic), Black Piper dan Raja Guya. Harga untuk produk jenis minyak itu berkisar antara Rp 450 ribu-Rp 1 juta per kilogramnya,” jelas perajin minyak nilam di Desa Karangreja, Kecamatan Kutasari, Purbalingga ini, ketika dikunjungi rombongan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dinpertanbunhut) Kabupaten Purbalingga, kemarin.

Nuryanto menuturkan, hasil sulingan minyak ini secara rutin dikirimkan ke Jakarta dan Bali. Dari Jakarta, minyak produksinya diekspor ke Taiwan dan Prancis.

Dia mengungkapkan, produsen minyak ini kerap terkendala pasokan nilam kering dari para petani. Intensitas hujan yang tinggi membuat petani tidak bisa mengeringkan nilam dengan kadar rendemen tinggi. Selain itu, luasan tanaman yang semakin berkurang menyebabkan produksi nilam menjadi menurun.

"Hasil minyak nilam berapapun mampu kami pasarkan, sayangnya produksi kami terkendala pasokan bahan baku berupa nilam kering,” ujarnya.

Kepala Dinpertanbunhut Purbalingga, Lily Purwanti menyebutkan, luas areal tanaman nilam mengalami penurunan. Dari data yang dimiliki, sekitar 700 hektar kini hanya tersisa 234 hektar saja.

"Budidaya tanaman nilam sejatinya masih menjanjikan, dan budidayanya bisa sebagai tanaman tumpangsari. Sayangnya, para petani masih banyak yang tidak tertarik," kata Lily.

Lily mengatakan, dari luasan budidaya tanaman nilam ini, perajin mampu menghasilkan produksi nilam sebanyak 827,9 ton atau dengan produktivitas nilam per hektarnya 3,7 ton. Hasil jual tanaman nilam kering sebesar Rp 7500 per kilogram, sehingga setiap hektar budidaya tanaman nilam mampu menghasilkan Rp 27 juta.

Tanaman yang disebut masyarakat dengan nama dilem ini, masih banyak dibudidayakan di wilayah Kecamatan Karangjambu, Karangreja dan Kecamatan Kutasari, serta sebagian lain di wilayah Kecamatan Rembang. Untuk tanaman nilam di Desa Cendana, Kecamatan Kutasari paling dikenal dengan angka rendemen yang bagus.

“Sebagian besar petani mulai meninggalkan nilam karena kebanyakan tanaman itu mengalami serangan penyakit busuk pangkal batang," ungkapnya.

(AS)
  1. UMKM
KOMENTAR ANDA