"Keberadaan kebun raya memudahkan warga menjual hasil taninya."
Merdeka.com, Mesiotda - Meski didera regulasi baru, Pemerintah Kabupaten Kuningan tetap berkomitmen kuat untuk terus mengembangkan Kebun Raya Kuningan.
Bupati Kuningan, Acep Purnama menyatakan akan tetap mencari solusi, pengembangan Kebun Raya Kuningan akan terus dilakukan demi kelestarian alam untuk menyejahterakan rakyat.
Komitmen Acep Purnama itu bukan isapan jempol belaka. Sebagian besar penduduk di sekitar Kebun Raya Kuningan adalah petani yang menggantungkan hidupnya pada alam. "Umumnya warga merespon positif pembangunan kebun raya ini. Mereka berharap akan terbuka lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan, dan peluang usaha," katanya.
Menurut Acep, pemahaman masyarakat terhadap fungsi kebun raya dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial juga cukup baik. "Studi yang dilakukan oleh Universitas Kuningan menyarankan adanya zona penyangga untuk memperbolehkan para penggarap melanjutkan budidaya lahan dan secara bertahap dikurangi. Sehingga Kebun Raya Kuningan bisa terjaga dan memberi manfaat langsung buat warga sekitar," imbuhnya.
Aspek sosial dan ekonomi ini memang sudah diperhitungkan sejak awal. Bupati Kuningan, Acep Purnama menyatakan bahwa pilihan menjadi Kabupaten Konservasi akan berdampak pada terbatasnya lahan untuk industri dan lainnya.
"Maka mendorong masyarakat terlibat menjadi sebuah keharusan. Kami punya prinsip, 'Leuweung Hejo, Rakyat Ngejo', yakni hutan hijau dan rakyatnya tetap bisa makan," papar Acep.
Menyambung paparan Bupati Kuningan itu, Asep Zulkarnaen mengatakan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat di Desa Padabeunghar, wilayah pintu masuk kebun raya didukung oleh keberadaan beberapa lembaga ekonomi. Mulai dari koperasi, industri kerajinan, industri makanan, usaha peternakan dan kelompok simpan pinjam. Lembaga - lembaga tersebut berfungsi menyediakan beragam jasa yang mendukung dan memudahkan pelaksanaan kegiatan ekonomi masyarakat.
"Dinamika kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa sekitar kebun raya cukup tinggi. Karena kondisi jalan dan transportasi yang cukup baik dan memungkinkan mereka berinteraksi dengan masyarakat di ibu kota kabupaten," timpal Kepala Bagian Tata Pemerintahan, Kabupaten Kuningan, Dudi Pahrudin.
Dudi yang terlibat dalam pembebasan lahan untuk memperlebar jalan masuk ke kebun raya itu mengatakan bahwa budaya masyarakat Desa Padabeunghar tidak jauh berbeda dengan masyarakat petani di berbagai daerah di Jawa Barat. Berbagai komoditas pertanian mulai dari padi hingga palawija menjadi produk unggulan mereka.
"Dengan jarak dari kebun raya ke ibu kota kabupaten yang relatif dekat, sekitar 40 km. Ditambah kondisi jalan yang semakin baik, keberadaan kebun raya memudahkan warga menjual hasil taninya," katanya.
Tak hanya Kebun Raya Kuningan, sebagai kabupaten konservasi, Kabupaten Kuningan juga punya program lainnya yang tak kalah inovatif. Salah satu program yang telah lama bergulir adalah Pengantin Peduli Lingkungan (PPL). Untuk program PPL itu, pasangan yang sudah akad nikah diwajibkan menanam lima bibit pohon kepada dinas terkait.
"Ada juga program aparatur peduli lingkungan. Jadi PNS wajib bersikap sebagai orang yang peduli lingkungan," tutur Acep. "Dari sektor pendidikan, Kuningan juga menginisiasi program Siswa Baru Peduli Lingkungan (Seruling)."
Tidak dipungkiri, sering kali fungsi ekonomi lebih dominan dibandingkan fungsi ekologis dalam pengelolaan sumberdaya alam. Sehingga tidak sedikit pembangunan hanya melahirkan kerusakan lingkungan. Banyak lahan yang bersifat lindung diolah tanpa memperhatikan prinsip-prinsip konservasi sehingga menyebabkan kerusakan alam.
Pada era desentralisasi dewasa ini, semangat membangun daerah seyogyanya tetap memperhatikan pengembangan wilayah. Menyadari potensi dan kondisinya yang berada di hilir, Kabupaten Kuningan memposisikan diri sebagai sumber kehidupan bagi dari lain di wilayah hilir.
Kerusakan hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Kuningan akan berdampak pada daerah-daerah di sekitarnya. Seperti banjir di Kota dan Kabupaten Cirebon, sedimentasi pada muara Sungai Cisanggarung di Kabupaten Cirebon di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Sehingga inisiatif memposisikan diri sebagai kabupaten konservasi mesti didukung semua pihak, dari daerah hingga pusat. Jika tidak ada dukungan dari luar dan Kabupaten Kuningan tak mampu menjaganya, maka bencana akan melanda wilayah tetangganya.