Sebab itu Pemerintah Kota Depok juga memberikan dukungan untuk pengembangan sektor ini.
Merdeka.com, Mesiotda - Budidaya ikan hias di Kota Depok yang memang sudah terkenal tersebut sebenarnya masih bisa dikembangkan lagi. Salah satu alasannya, tingkat produksi yang ada saat ini masih jauh berada di bawah tingkat permintaan. “Permintaan pasar masih sangat tinggi, tapi kami tak mampu memenuhinya,” kata Ahmad, salah satu penggiat Pokdakan (Kelompok budidaya ikan) dari kawasan Curug, Kecamatan Cimanggis.
Ahmad menjelaskan, para anggotanya kerap kali kewalahan memenuhi pesanan para tengkulak yang emmang terus naik. “Ibaratnya, kita hanya punya 500, tapi mereka minta 1.000,” tandasnya. Meski merupakan salah satu kawasan penghasil ikan hias, Kota Depok ternyata sama sekali tak memiliki satu perusahaan eksportir.
Para pembudidaya juga tak memiliki akses ke pasar ekspor. Para pembudidaya umumnya hanya bisa menjual panenannya kepada tengkulak. Para tengkulak inilah yang memiliki akses kepada eksportir ikan hias.
Besarnya potensi itu juga diakui Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Depok, Ita Wilda. Sebab itu Pemerintah Kota Depok juga memberikan dukungan untuk pengembangan sektor ini. Dukungan itu antara lain diwujudkan dalam bentuk pemberian penyuluhan melalui 4 orang penyuluh perikanan lapangan (PPL) dari Pemkot Depok serta 5 orang tenaga PPL dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pemkot Depok, menurut Ita, juga memberikan bantuan sarana dan prasarana produksi seperti pompa air, aerator, serta akuarium. “Pada 2016 lalu, nilai bantuan sarana dan prasarana dari APBD Kota Depok ini mencapai angka Rp25 juta,” kata Ita, kemarin. Bersamaan dengan itu, pada tahun yang sama, Pemkot juga menyalurkan bantuan dari APBD Provinsi Jabar yang total nilainya adalah Rp130 juta.
Menurut Ita, dukungan Pemkot Depok terhadap sektor usaha budidaya ikan hias ini memang masih kecil. Hal itu ungkapnya dikarenakan APBD Pemkot Depok yang tidak terlalu besar. Pada tahun ini, anggaran untuk sektor perikanan dalam APBD Kota Depok tercatat sebesar Rp500 juta. Itu pun, ujar Ita, sebagian besar digunakan untuk mendorong peningkatan produksi ikan konsumsi seperti gurame, nila, dan lele.
Selain itu, Pemkot juga memberikan dukungan dengan melakukan berbagai pelatihan tentang cara budidaya ikan yang baik, penyakit ikan, pembukuan dan anggaran, serta pengenalan koperasi. Dua materi terakhir ini, menurut Ita sengaja diberikan agar para pembudidaya bukan saja mengenal tata cara berproduksi, tapi juga memperbaiki sistem pengelolaan usaha. “Dari situ, diharapkan akan terjadi perbaikan pengelolaan usaha, terutama untuk penguatan Pokdakan,” katanya.
Penguatan Pokdakan dia anggap memiliki arti yang sangat strategis karena akan memperkuat posisi tawar terhadap tengkulak yang membeli produk para anggota Pokdakan. Bahkan, Ita berharap, melalui kegiatan penguatan kapasitas Pokdakan ini, para pembudidaya ikan di Kota Depok akan mampu menembus pasar ekspor.
Dukungan lain juga diberikan dengan mengirimkan para pembudidaya ikan hias Kota Depok untuk melakukan studi banding ke sentra-sentra produksi ikan hias di daerah lain seperti Blitar, Kediri, dan Tulungagung.
Sebenarnya, sejumlah pelaku usaha budidaya ikan di Kota Depok memang memiliki harapan yang besar agar pemerintah kota memberikan dukungan yang lebih besar dibanding saat ini. Dukungan yang mereka harapkan antara lain adalah bantuan untuk akses dana perbankan.
Sejumlah pembudidaya menyatakan, investasi yang harus dikeluarkan untuk memperluas usaha ini relatif mahal dan sulit untuk dibiayai dengan dana sendiri. “Minimal, kami harus keluar modal untuk akuarium, pompa, dan aerator yang jumlahnya lumayan banyak,” ujar salah seorang pembudidaya. Impian untuk memperluas usaha tentu akan lebih mudah diwujudkan jika ada dukungan pembiayaan dari perbankan sebab itu pemkot menjadi salah satu harapan.